Penantian Panjang Tak Kunjung Usai: Reforma Agraria Setelah Satu Dasawarsa Reformasi

Konflik-konflik agraria yang semakin meluas dan meningkat jumlahnya, ketimpangan penguasaan tanah, dan meningkatnya ancaman terhadap ketahanan pangan, sesungguhnya merupakan panggilan nyata agar reforma agraria dijalankan. Sejak masa Orde Baru, berbagai pihak dari kalangan organisasi non-pemerintah, akademisi, Komnas HAM, kelompok-kelompok petani dan masyarakat adat, serta berbagai organisasi gerakan sosial lainnya, telah memberikan peringatan, himbauan, dan juga desakan kepada pemerintah agar segera menyelesaikan persoalan-persoalan agraria. Sebab persoalan-persoalan agraria itulah biang kemiskinan, penurunan kualitas lingkungan, hilangnya potensi produktivitas pedesaan, dalam kerangka untuk membangun ekonomi nasional yang kuat.
Setelah Suharto berhasil dilengserkan, harapan besar agar pembaruan agraria ditetapkan sebagai bagian penting pembangunan masa depan sempat menguat. Telah ditegaskan berbagai pihak bahwa persoalan penataan ulang penguasaan tanah dan penetapan prinsip-prinsip baru dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sesungguhnya merupakan bagian penting dari Reformasi itu sendiri. Sayangnya, sejak Habibi menggantikan Suharto, hingga SBY menjabat sebagai presiden untuk kedua kalinya, seruan-seruan itu tenggelam dalam hiruk-pikuk politik kekuasaan dan pemulihan ekonomi nasional dari tahun 1997.
Kertas kerja ini terbagi ke dalam enam bagian. Masing-masing bagian ditandai dengan subjudul berikut: Masalah-masalah Agraria dari Dulu hingga Sekarang; Reforma Agraria sebagai Jalan Keluar; Telikungan Neoliberalisme; PPAN, “Reformasi Agraria” ala SBY yang Tidak Jelas; Reformasi dalam Perspektif Lokal Gerakan Petani di Priangan Timur dan Bengkulu; serta Kita Harus Memikirkan Kembali Arah Gerakan Petani dan Reforma Agraria Saat ini.
Unduh dan baca lebih lanjut kertas kerja Dianto Bachriadi, “Penantian Panjang Tak Kunjung Usai: Reforma Agraria Setelah Satu Dasawarsa Reformasi”.
*) Tulisan ini pernah diterbitkan dengan judul “Panggang yang Semakin Jauh dari Api? – Refleksi Satu Dasawarsa Reformasi dalam Perspektif Reforma Agraria”, di Jurnal Analisis Sosial, No. 15 (1), hal. 1-64. Tulisan ini pada awalnya merupakan makalah yang berjudul “A Long Wait That is Not Yet Over: Reflection on Ten Years of Reformasi in the Context of Agrarian Reform”, disampaikan dalam lokakarya “Refleksi atas Sepuluh Tahun Reformasi di Indonesia: Capaian, Hambatan, dan Kemunduran”, di Flinders University, Adelaide, Australia, 14-15 April 2008. Untuk kepentingan seri kertas kerja ini, penulis melakukan perbaikan kecil pada beberapa catatan kaki dan daftar pustaka, tanpa sama sekali mengubah makna tulisan yang pernah terbit pada tahun 2010. Penulis mengucapkan terima kasih pada Anton Lucas, Carol Warren, dan Priyambudi Sulistiyanto atas komentar dan masukannya.