Get In Touch

Reportase: Fieldwork Penelitian Agroekologi Gambut di Kepulauan Meranti, Riau dan Sambas Kalimantan Barat

Selama bulan Agustus 2024, Tim Peneliti ARC yang terdiri dari Pandu Sujiwo, Fikri Fauzi, Miqdad Fadhil, Dianto Bachriadi, Ratu Tammi, dan Agung Dwi telah melakukan fieldwork pengumpulan data di dua lokasi berbeda yakni di Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti dan di Kabupaten Sambas sebagai bagian dari penelitian kawasan agroekologi gambut.

Kunjungan lapangan tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah pada akhir tahun 2023, tim yang beranggotakan Pandu Sujiwo (peneliti ARC), Miqdad Fadhil (peneliti ARC), Bimo Satria (mahasiswa FIB UI), dan Prof. Kosuke Mizuno (Sekolah Ilmu Lingkungan UI) berkunjung ke Pulau Padang, serta Fikri Fauzi (peneliti ARC), Yustinus Gerson (mahasiswa FIB UI), dan Thalia Nuha (mahasiswa FIB UI) berkunjung ke Kabupaten Sambas melakukan eksplorasi dan pengumpulan data awal mengenai potensi dan tantangan bagi pengembangan kawasan agroekologi gambut di dua tempat tersebut selama kurang lebih dua bulan. Di luar dari tim yang bertugas melakukan pengumpulan data dan pemetaan awal di lapangan, penelitian ini juga melibatkan Dianto Bachriadi (peneliti senior ARC), Hilma Safitri (peneliti senior ARC), Yudi Bachrioktora (Dosen FIB UI), dan Maria Regina (Dosen FIB UI) sebagai bagian dari tim peneliti.

Tim Peneliti juga telah melakukan Focus Group Discussion dengan format Pertemuan Kampung dengan mengundang pemerintah desa dan perwakilan warga lokal di masing-masing desa yang menjadi lokus penelitian guna mengkonfirmasi kembali temuan-temuan awal serta mendiskusikan ide mengenai kemungkinan pengembangan kawasan agroekologi di daerah mereka.

Penelitian pengembangan kawasan agroekologi gambut ini merupakan hasil kerjasama antara Agrarian Resource Center, Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL-UI), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melalui skema Matching Fund Kedaireka 2023 yang didanai oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Di internal ARC, agroekologi memang menjadi satu topik bahasan yang secara intensif sedang didiskusikan selama setahun kebelakang. Selain berusaha mengisi kekosongan di dunia akademik dan gerakan sosial di Indonesia di mana ide agroekologi belum banyak diperbincangkan, ARC juga berusaha mendorong agroekologi sebagai sebuah model alternatif pengembangan corak pertanian di wilayah pedesaan yang selama ini masih berorientasi dan bergantung pada model agroindustri.

Agroekologi sendiri pada dasarnya adalah suatu corak pengembangan masyarakat dan kawasan yang dalam prosesnya bertumpu pada pertanian dan kegiatan produksi non-ekstraktif lainnya yang berbasis pada alam, yang dikembangkan sesuai keinginan bersama anggota masyarakat/komunitas (community-based), dengan mengandalkan kearifan lokal komunitas dalam mengelola lingkungan yang digabung dengan ilmu pengetahuan untuk tujuan perkembangan ekonomi, sosial, dan pemeliharaan lingkungan (daya dukung lingkungan) (Bachriadi, 2023). Hal lain yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa sebagai sebuah praktik, agroekologi juga bersifat politis karena ia sekaligus merupakan gerakan sosial yang menantang dan berusaha menggantikan hegemoni model pembangunan pertanian yang bercorak kapitalis (agrarian capitalist-developmentalism).

Ide untuk mengembangkan kawasan agroekologi di lahan gambut didasarkan pada karakteristik ekosistem gambut yang unik dan berperan penting dalam memitigasi perubahan iklim karena kemampuannya dalam menyerap karbon tapi juga sekaligus di banyak tempat kekayaan ekosistem serta potensi lahan gambut ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat. Sayangnya aktivitas pembukaan lahan gambut, baik yang dilakukan secara meluas oleh pemerintah dan perusahaan maupun inisiasi-inisiasi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri sejak lama telah berdampak secara signifikan pada kerusakan dan semakin menghilangnya ekosistem gambut. Melalui praktik agroekologi diharapkan dapat tercapai keseimbangan sehingga lahan gambut mampu menghasilkan nilai ekonomi yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat namun juga tetap mempertahankan fungsi ekologisnya.

Hasil dari kerja-kerja penelitian mengenai potensi dan tantangan bagi pengembangan kawasan agroekologi gambut di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Sambas ini rencananya akan dipublikasikan oleh ARC dalam bentuk policy brief, artikel jurnal, buku bunga rampai, working-paper, dan sebagainya.