Get In Touch

ARC di Simposium Internasional Antropologi Indonesia, 2016

CATATAN MENGIKUTI SIMPOSIUM INTERNASIONAL ANTROPOLOGI INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK 25 – 28 JULI 2016

Pada tanggal 25 – 28 Juli 2016, Internasional Symposium Journal of Antropologi Indonesia mengadakan program rutin yang diselenggarakan 2 tahun sekali, 6th Internasional Symposium Journal of Antropologi Indonesia. Dilaksanakan di Depok, tepatnya di Kampus FISIP Universitas Indonesia yang bertajuk “Post-Reformasi Indonesia : The Challenges of Social Inequalities and Inclusion”. Acara berlangsung selama 4 hari dan di bagi menjadi 2 sesi utama, dimulai dengan Pre Simposium Panel, di hari pertama, dan hari berikutnya dimulai dengan workshop dan paralel simposium, yang diisi oleh beberapa peneliti yang sudah ahli di bidang Antropologi.

simposium 1Simposium jurnal Antropologi diikuti 200 orang lebih, terdiri dari Panelis dan Partisipan yang berasal dari kalangan mahasiswa, peneliti dalam negeri ataupun asing. Ada beberapa lembaga penelitian yang mengikuti acara, diantaranya ARC sebagai perwakilan dari salah satu lembaga riset yang berfokus pada isu-isu Agraria di Indonesia. ARC mengirimkan dua orang untuk mengikuti acara tersebut. Mereka adalah Lina Marina Rohman dan Rahmi Indriyani. Penelitian yang diikutsertakan dalam acara merupakan hasil penelitian dari tiga peneliti, dan Hilma Safitri selaku Koordinator ARC sebagai pemimpin penelitian. Proses penyampaian makalah dilakukan oleh salah satu wakil dari penelitian bersama yaitu Rahmi Indriyani, yang kembali menjadi salah satu presenter termuda yang mengikuti simposium Antropologi, setelah sebelumnya mengikuti rangkaian acara serupa pada Konfernas Sosiologi V di Padang. Pada umumnya peserta yang hadir merupakan Antropolog yang sudah mempuni di bidangnya dan sudah menyumbangkan hasil di bidang keilmuan Antropologi, diantaranya James Fox dan Maribeth Erb. Bagi kami menghadiri moment yang berskala internasional merupakan pengalaman pertama yang kami ikuti, dan menjadi penyemangat bagi kami sebagai generasi muda, yang kurang dari 1 tahun bergabung di dunia riset.

Dalam rangkaiaan acara yang disusun oleh panitia dengan apik selama 4 hari, kami mengikuti acara selama 2 hari, yaitu pada tanggal 26 – 27 Juli 2016. Pada hari pertama kami mengikuti sesi keynote speech di Gedung AJS (Auditorium Juwono Sudarsono). Pada acara keynote speech pertama dimulai dengan Opening Speech dari panitia dan akademisi senior, dan Honorary speech dari Hilmar Farid, PhD (Director General of Cultural Affair, Ministri of Education and Culture, Republic of Indonesia). Acara selanjutnya berlanjut pada sesi Plenary I, yang diisi oleh Prof. M.A Yunita T. Winarto, PhD (Universitas Indonesia), Prof. Kathryn Robinson, PhD (Australian Nasional University), dan Dr. Ratna Safitri (Leiden University). Dimana dalam panel tersebut dibahas mengenai konsep pembangunan di negara berkembang yang masih adanya ketergantugan dengan negara lain, dan bagaimna neoliberalisasi terjadi.

simposium 2

Acara kemudian berlanjut pada Pararel session 1, yang dimulai sekitar pukul 13.45 – 14.45 WIB. Dalam pararel session terdapat 8 ruangan untuk melakukan presentasi, tepatnya di gedung H FISIP Universitas Indonesia. Dari ruangan panel yang ada, kami memutuskan untuk masuk kesalah satu panel, yaitu ruang H.401 dengan tema Panel “Citizenship, Identity Politics, and the Production of Differences” yang diisi oleh presenter Budi Hernawan & Ahmad Suaedy, I Ngurahray Suryana, dan Cypri Jehan Paju Dale. Dimana salah satu Panelis menjelaskan mengenai “Politik Kesetaraan dan Perbedaan: Gereja, Kewarganegaraan, dan Politik Identitas di Flores Dan Papua (The Politics of Equality and Difference : Churches, Citizenshif, and Identity Politics in Flores and Papua).

simposium 3

Kami melanjutkan kembali ke ruang panel selanjutnya yang disi oleh presenter dari Interseksi Foundation pada ruangan H.305 (panel 9) yang bertema “Politic of Citizenship in Autonomy / Decentralization Era” dan Riefki Bagas Prastowo bertindak selaku moderator. Ada 3 presenter yaitu Sudiarto membahas membahas “Late Coming Colonialism : The Dominance of Pidie Mercants in Sigli and Beureuneun Markets” Radjimo S. Wijono “Inheritance The Great Mail Post Road in Banten : Relations Between Citieson the Western Tip of Java and Social Hierarchy of Road Users” , dan Syarifah Rahmawati membahas “Revival and Conflict of Interest Among Sultan Buton”.

Pada hari kedua, tepatnya 27 Juli 2016 acara di buka dengan Plenary II di AJS (Auditorium Juwona Sudarso), yang disampaikan oleh 3 orang presenter yaitu Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono (Universitas Indonesia), Prof. Danilyn Rutherford (University of California, Santa Cruz), Prof. Elizabeth Drexler (Michigan University).

simposium 4

Setelah sesi Plenary berakhir, selanjutnya masuk pada acara Pararel session 3, dimana kami menjadi salah satu presenter pada sesi ini. Kami bersiap untuk melakukan presentasi penelitian yang kami lakukan bersama. Karena yang menjadi presenter harus satu orang, kami memutuskan Rahmi Indriyani yang melakukan Presentasi. Tepatnya pada panel 9, selain Rahmi Indriyani, ada 2 orang presenter dari Interseksi Foundation, yaitu Riefki Bagas Prastowo, dan Subhi Azhari. Presentasi dimulai dengan Subhi Azhari yang membahas “Citizenship and Management of Eastern Coastal City of Sumatra : a Story of Bagansiapiapi”, selanjutnya dilanjutkan oleh Riefki Bagas Prastowo yang membahas “The Involution of Donggala : the Splitting Area and Setback of The Oldest Regency in Central Sulawesi”, dan presenter terakhir Rahmi Indriyani membahas “Name of Development for People Welfare “ a Case Study of Jatigede DAM Development in Sumedang District West Java”, dan Syarifah Rahmawati dari Interseksi Foundation bertindak sebagai moderator.

simposium 5

Setelah melakukan presentasi dari paper kami masing-masing, ada dua Antropolog senior yang menarik perhatian kami, yang pertama datang dari Dr. Pawennari Hijjang dari Universitas Hasannudin (UNHAS) beliau sangat mengapresiasi para presenter di panel 9, karena presenter masih muda, dan akan meneruskan perjuangan bangsa, di bandingkan panel yang lain yang rata-rata diisi dengan presenter dari luar negeri, dan hal ini menjadi kebanggaan sendiri bagi kami selaku presenter, walaupun pada awalnya kami di tanya satu persatu mengenai asal usul pendidikan dan lembaga riset yang kami tempati dan membuat kami tegang, beliu juga sempat mengenalkan presenter ARC Rahmi Indriyani kepada mahasiswa bimbingan beliu, dan memuji sebagai presenter termuda. Pernyataan kedua dari Dr. Pujo Semedi, dekan FIB Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak kalah menegangkan pula tanggapan sebelumnya, beliau menyatakan bahwa menjadi seorang akademisi itu harus memiliki kata-kata yang tegas dan relevan sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi saat ini, tutur kata dan penyajian data harus tepat, khususnya pernyataan ini ditukan kepada presenter dari ARC Rahmi Indriyani selaku presenter yang paling muda dari kedua presenter lainya. Akhirnya kedua pernyataan Antropolog tersebut kembali memacu semangat kami, khususnya Lina Marina Rohman dan Rahmi Indriyani, selaku peneliti ARC untuk terus belajar bagaimana menjadi peneliti dan akademisi yang baik.

Parerel session 3 menjadi moment terakhir kami pada acara 6th Internasional Symposium Journal of Antropologi Indonesia. Lagi-lagi kami selaku peneliti muda, mendapat kesan yang mendalam selama mengikuti acara tersebut, dimulai dengan mengetahui Antropolog dunia yang terkenal dan Antropolog kondang dari Indonesia maupun luar negeri. Selain itu juga kami mendapat wawasan luas dan mendapatkan teman baru, walaupun kami bukan berasal dari jurusan Antropologi, kemampuan kami untuk lebih mengenal ilmu sosial lain semakin bertambah luas. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ARC sebagai lembaga riset yang memberikan kesempatan yang begitu besar bagi kami sebagai seorang peneliti muda untuk mengikuti acara ini, terutama kepada Hilma Safitri M.A selaku koordinator ARC dan yang berkontribusi besar dalam penulisan penelitian bersama yang kami presentasikan. Selebihnya kami berharap studi-studi kritis yang kami lakukan bersama ARC membawa banyak manfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsa.

Bandung, 02 Agustus 2016

Lina Marina Rohman dan Rahmi Indriyani